Karya: Danish Ara Lu’lu
Di sebuah desa pada saat zaman penjajahan Belanda, yaitu tahun 1928, tinggal seorang gadis kecil berumur 10 tahun bernama Viana. Ia adalah seorang anak yang baik hati dan ceria. Viana merupakan seorang anak dengan darah campuran, ayahnya merupakan salah satu orang penting Belanda dan ibunya merupakan gadis biasa dengan darah Jawa. Walaupun ayahnya merupakan orang Belanda, namun ia aktif dalam membantu warga yang ditindas oleh perajurit Belanda atau orang penting Belanda lainnya. Ayah Viana sangat menyayangi istri dan anaknya, ia juga sering membantu warga desa.
Namun sayangnya, Viana sering di bully oleh anak-anak desa yang tidak menyukainya karena ia memiliki campuran darah Belanda. Pada suatu hari, saat Viana sedang diolok-olok oleh anak-anak desa, datang dua anak yang membela Viana, yaitu Sari dan Ayu. “Eh kalian, sana pergi jangan ganggu Viana!” Ucap Sari, setelah tau bahwa Sari dan Ayu membela Viana, anak-anak desa yang lainnya pergi. “Kamu engga papa, Viana?” Tanya Ayu, “Iya, aku engga papa… makasih ya.” Jawab Viana. “Tenang aja Viana, sekarang aku sama Ayu bakalan jadi temen kamu dan kita akan membela kamu dari para anak-anak desa itu.” Ucap Sari, “Makasih banyak, Ayu dan Sari..” Ucap Viana, “Sama-sama!” Jawab Sari dan Ayu.
Semenjak hari itu, mereka bertiga menjadi sahabat dekat, ayah dan ibu Viana pun senang karena akhirnya putri mereka memiliki teman yang selalu membantunya. Pada suatu hari, saat Viana sedang menunggu Sari dan Ayu di lapangan desa, datang anak-anak yang langsung mengolok-olok dan membully Viana. Tak lama kemudian Sari dan Ayu tiba, mereka segera membantu Viana. “Kalian ini, udah berapa kali kami bilang jagan menganggu Viana!” Ucap Sari dengan nada kesal, “Kok kalian mau sih berteman sama anak dengan darah campuran Belanda itu! Orang-orang Belanda kan menjajah dan menindas kita!” Ucap salah satu anak desa dengan nada kesal yang tidak mau kalah dengan Sari.
“Kalian ini, walaupun Viana ada darah campuran Belanda, dia kan ga pernah nyakitin atau menindas kalian, yang ada kalian yang menindas dan nyakitin Viana.” Ucap Ayu, “Benar itu kata Ayu, lagian ayah Viana yang merupakan orang Belanda juga ga pernah tuh menindas warga desa, yang ada dia justrus membela dan membantu warga desa!” Ujar Sari. Anak-anak desa pun langsung terdiam. “Kalian harusnya jangan membully Viana hanya karena dia mempunyai darah Belanda, lagian banyak juga kok anak-anak desa yang bukan memiliki darah Jawa, kalian jangan hanya melihat karena Viana memiliki darah Belanda ia akan menindas yang lain.” Ucap Ayu.
“Ayu benar, Viana itu orang baik loh kayak ayah dan ibunya, dia baik hati dan juga ceria, jangan hanya membully karena dia berbeda.” Ucapa Sari. Anak-anak desa pun terdiam, menyadari kesalahan mereka. “Viana, kami minta maaf ya.” “Iya Viana, kami sungguh minta maaf.” Ucap anak-anak desa. Viana tersenyum kecil, “Gapapa kok, aku selalu memaafkan kalian..” Ucap Viana. Semenjak hari itu, anak-anak desa tidak lagi membully Viana dan mulai bermain dengannya. Viana, Sari, dan Ayu pun tetap menjadi sahabat yang tidak dapat dipisahkan.