Semangat dalam Membangun Bangsa
Semangat dalam Membangun Bangsa
Karya Harlan Alviano 
 
Pagi itu, di sebuah desa sederhana, pemuda bernama Fajar duduk di serambi masjid bersama teman-temannya. Mereka berbincang tentang masa depan bangsa. “Negeri kita kaya,” kata Andi, “Tapi banyak masalah: kemiskinan, perpecahan, dan kurangnya kepedulian.” Fajar menatap sahabat-sahabatnya, lalu berkata, “Kalian tahu bagaimana Rasulullah SAW membangun Madinah? Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, sehingga tidak ada yang merasa sendiri. Itulah semangat yang harus kita tiru.” Ia pun membaca ayat Al-Qur’an: > “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2) “Kalau kita ingin Indonesia kuat,” lanjut Fajar, “kita harus saling menolong dalam kebaikan, bukan saling menjatuhkan.” Andi mengangguk. “Tapi dari mana kita mulai?” Fajar tersenyum, “Dari hal kecil. Ingat Abu Bakar yang dermawan, Umar yang adil, Utsman yang rela berkorban, dan Ali yang penuh ilmu. Kalau sifat-sifat itu kita hidupkan, kita bisa menjadi generasi yang bermanfaat.” Ia lalu mengingatkan sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad) Mereka pun sepakat membentuk kelompok kecil bernama Pemuda Cahaya Bangsa. Hari-hari berikutnya mereka mulai bergerak. Ada yang mengajar anak-anak mengaji, ada yang membantu petani memperbaiki irigasi, ada pula yang membersihkan sungai dari sampah. Awalnya orang-orang menganggap kegiatan itu sepele. Namun lambat laun, perubahan terasa. Desa jadi lebih bersih, anak-anak lebih rajin belajar, dan para petani merasa terbantu. Warga pun kagum. Seorang tokoh desa berkata, “Kalian mengingatkan kami pada teladan sahabat Nabi. Jika semua pemuda Indonesia seperti ini, negeri kita akan jaya.” Malam itu, Fajar duduk sendiri di masjid. Ia menengadah dan berdoa lirih, “Ya Allah, jadikan kami generasi yang membangun negeri ini dengan iman, akhlak, dan persaudaraan. Jadikan kami pemuda yang Engkau ridhoi.” Ia sadar, membangun bangsa bukan hanya tugas pemimpin, tapi tanggung jawab semua. Dengan kejujuran Abu Bakar, keadilan Umar, kedermawanan Utsman, dan ilmu serta keberanian Ali, pemuda bisa membawa cahaya untuk negeri. Fajar yakin, jika semangat itu dijaga, Indonesia akan tumbuh menjadi bangsa yang besar, kuat, dan diridhai Allah SWT. Pesan Cerpen: Bangsa Indonesia hanya bisa maju bila generasi mudanya meneladani Rasulullah SAW dan para sahabat. Bukan hanya lewat kata-kata, tapi lewat amal nyata: jujur, adil, dermawan, berilmu, dan bermanfaat bagi sesama.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait